Archive for Oktober, 2007

Surabaya International Performance – Art Event 2008

Oktober 5, 2007

SIP-AE 2008: Surabaya International Performance-Art Event 2008

PROBALANCE ; In The Name of City

@April 2008, variasi Venue ( Taman Budaya Jawa Timur, Tugu Pahlawan, Balai Pemuda, Museum dan Bonbin)

INTRO

‘Probalance’ adalah tafsiran dari berbagai obrolan dan pertemuan seniman (performance artist) Jakarta, Bandung, Jogja dan Solo. serta dari usulan ide dan harapan di Surabaya untuk mengadakan perhelatan ‘performance art’ secara internasional. Melalui beberapa obrolan dengan S.Tedy (seniman Kontemporer-Jogja), SS Listyowati (Performance artist-Jakrta) saat di Surabaya, juga kunjungan kita ke Festival Perf:urban Jogja menemui Arahmaiani (Seniman Kontemporer dan Performans artist – Bandung), menghasilkan ide gagasan SIP-AE 2008 atau kepanjangannya Surabaya International Performance Art Event 2008. Selain itu inisiatif ini didukung oleh Melati Suryodarmo (Performance artist & Direktur Festival ‘Unclosed Territorial #2’ 2008 di Solo) mengajak kerjasama festival berlanjut dan meneruskan tour ke Surabaya, melalui tema baru dari AREK Performance yaitu PROBALANCE ; In The Name of City.

Kerangka kuratorial yang mendasari Surabaya International Performance Art 2008 atau SIP-Ae2000 adalah Probalance; Mencari keseimbangan, atas nama kota; sebuah terminal sejarah kota, yang pernah menjadi tempat ‘transit’ para seniman era ’60 – ‘80. Saat itu Surabaya menjadi ‘penyambung rantai’ perjalanan darat para seniman dari Jakarta, Bandung, Semarang, Jogjakarta yang akan menuju pulau Bali maupun sebaliknya. Peluang itu menjadi ajang sillaturahim, diskusi menyalurkan energi kreatif dan mengkritisi perkembangan, atau mencari definisi baru tentang kesenian saat itu. Sehingga Sanento Yuliman pernah juga membuat makalah untuk simposium nasional seni rupa (berjudul: Dua Seni rupa) di Dewan Kesenian Surabaya pada bulan Juli 1984. namun seiring dengan waktu, pergerakan para seniman kini lebih banyak dilakukan melalui perjalanan udara, sehingga banyak gagasan dan aksi seni yang mampat di tempat.

Probalance: kata menuju Performance

Surabaya yang telah dikenal sebagai kota INDAMARDI (Industri, Dagang, Maritim dan Pendidikan) dan kota Metropolitan ke-dua, ternyata masih mempunyai standar apresiasi yang tinggi terhadap nilai-nilai seni dan kebudayaan, ditandai dengan mekanisme kerja yang terus berkembang, begitu banyak kegiatan festival seni atau even-even seni lainnya. Kemeriahan itu juga didukung banyaknya artist independent bermunculan. Sebagian besar telah mengalami bagaimana lika liku pelaksanaan proses kreatif dan penyajiannya. Suatu kewajaran bahwa dalam usaha meningkatkan mutu kehidupan baik secara fisik maupun kejiwaan sama-sama mendapat perhatian.

Surabaya juga disebut sebagai kota pahlawan memiliki latar belakang sejarah perjuangan bangsa yang dramatis melawan penjajah. Peristiwa bersejarah itu ditandai meletusnya perang di Surabaya pada 10 nopember 1945 melawan Belanda yang berpusat di hotel Yamato (sekarang Hotel Majapahit). Dengan senjata seadanya merebut kembali kemerdekaan secara heroic dan efektif. Perebutan kekuasaan juga ditandai dengan jatuhnya banyak korban jiwa dari para pejuang yang memanjat tower/puncak gedung ber-bendera Belanda (merah,putih,biru) hingga mencapai puncak dan merobek warna biru, menjadi simbol kemenangan mengembalikan bendera Indonesaia (merah,putih) berkibar kembali. Perang perjuangan itu menjadikan kota Surabaya disebut kota Pahlawan.

Surabaya dan Yin Yang: Surabaya berasal dari dua kata atau konsep filosofi; Sura dan Baya, atau Ikan Suro dan Boyo (Buaya). Suro atau Ikan Hiu symbol dari hal-hal positif sedangkan Boyo, bahaya atau Buaya menjadi symbol hal-hal negative. Sehingga bisa diartikan bahwa SUROBOYO adalah sebuah pergulatan antara ‘yang baik’ dan ‘yang buruk’, hanya bagaimana kita dapat mencari keseimbangannya masing-masing layaknya symbol yin-yang yang menaruh lingkaran kecil pada masing-masing yin dan yang. Jadi surabaya juga bisa diumpamakan sebagai kota Yin-Yang.

Aspek-aspek lain yang menjadi imbas isu problem perkotaan dalam pemaknaan yang lebih luas secara sosiologis, filosofis bahkan semiologis sangat dimungkinkan untuk muncul dalam even ‘Probalance’ ini.

Acara ini terdiri dari empat bagian yaitu:

Action art / Performance art

Screen – Pemutaran Dokumentasi karya-karya Performance art

Talk show

Crowd

Tari Remo-Ludruk
Reog Ponorogo
Kuda Lumping
Yang terlibat dalam acara

(Talkshow)
Talkshow akan mengundang beberapa praktisi perkotaan yang telah memberikan kontribusi besar bagi wajah perkotaan Surabaya. Pembicara berasal dari Latar belakang yang berbeda-beda,

(Performer)
Nanang Zul (Surabaya)
Tjahjono Hadi ( Surabaya)
Ilham J Baday (Surabaya)
Arahmaiani(Bandung)
SS. Listyowati (Jakarta)
Melati Suryodarmo (Solo)

Para performer diatas adalah tentative, terbuka kemungkinan untuk menambah performer dari kota dan negara lain.

Salam,
Arek Performance Club (APC)